Penggumpalan darah di vena merupakan
penyakit kardiovaskular paling umum ketiga setelah jantung dan stroke.
Tanpa pencegahan tepat, penyakit ini berisiko kematian.
Jantung, darah, dan paru-paru merupakan tiga unsur penting dalam sistem
sirkulasi tubuh manusia. Setiap hari tanpa henti, jantung mengepam
oksigen dan nutrisi melalui darah ke seluruh tubuh (sistemik). Dalam
sehari, jantung berdetak 100 ribu kali atau mengepam sekitar 2.000 galon
darah.
Darah berperan penting dalam mengangkut oksigen dari
paru-paru dan membuang sisa pernapasan keluar dari jaringan tubuh.Kita
mengenal tiga jenis pembuluh darah, yakni pembuluh arteri, kapiler, dan
vena. Arteri berfungsi mengangkut oksigen melalui darah dari jantung ke
seluruh jaringan tubuh. Sementara, kapiler yang kecil dan tipis
berfungsi sebagai penghubung arteri dengan vena.
Adapun
pembuluh vena berfungsi menyalurkan darah yang berisi bahan sisa kembali
ke jantung untuk dikeluarkan dari tubuh. Bahagian atas vena membawa darah
dari tangan dan kepala menuju jantung. Sementara bahagian bawah membawa
darah dari bagian perut dan kaki menuju jantung. Sistem vena pada
tungkai bawah juga memiliki katup untuk melawan faktor gravitasi
sehingga darah dapat mengalir kembali ke atas, yakni dari kaki ke
jantung.
Terkait gangguan pembuluh darah dan jantung
(kardiovaskular), penggumpalan darah pada pembuluh vena (Venous
Thromboembolism/ VTE) merupakan penyakit yang kerap terjadi. Kondisi ini
disebabkan adanya trombus (bekuan darah) yang lepas, lalu melayang
dalam aliran darah, lantas tersangkut atau menyumbat aliran darah.
Tersumbatnya aliran darah akibat adanya bekuan darah ini dikenal dengan
sebutan trombosis. Jika sumbatan terjadi pada vena bagian dalam,
terjadilah DVT (Deep Vein Thrombosis), yang biasanya mengenai bagian
kaki atau tungkai. Kemungkinan kedua adalah gumpalan darah yang pecah
dan serpihannya menyangkut di paru-paru sehingga menyebabkan emboli paru
(Pulmonary Embolism).
Menurut spesialis jantung dan
kardiovaskular dari Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta, Dr RWM
Kaligis MD, VTE merupakan penyakit kardiovaskular paling umum ketiga
setelah penyakit jantung dan stroke. Tanpa pencegahan atau penanganan
tepat, baik DVT maupun emboli paru sama-sama mengancam jiwa.
"Penyakit ini biasanya tidak disedari karana bisanya tanpa gejala
atau asimtomatik," sebutnya dalam acara kelas jurnalis yang
diselenggarakan Bayer Schering Pharma di Jakarta, baru-baru ini.
Kejadian VTE mengintai populasi besar manusia, dengan angka kematian
mencapai 1 juta orang per tahun. Di Eropa misalnya, jumlah kematian
akibat gumpalan darah pada pembuluh vena, bahkan lebih besar
dibandingkan kematian akibat kanker payudara, kanser prostat, HIV/AIDS
dan kecelakaan lalu lintas, yakni sekitar 544.000 per tahun.
Demikian, kecenderungan darah seseorang yang
mudah menggumpal bukan satu-satunya pemicu. Sekaligus mengemukakan,
terjadinya DVT ditentukan oleh tiga hal, yaitu perlambatan aliran darah,
kerusakan dinding pembuluh darah, serta hiperkoagulabilitas. Adapun
beberapa faktor risiko yang perlu diperhatikan adalah usia lanjut,
kurang gerak, fraktur, dan kelumpuhan.
Selain itu, pesakit yang
menjalani bedah ortopedi major, terutama pembedahan penggantian sendi
pinggul (total hip replacement/ THR) atau sendi lutut total (total knee
replacement/TKR), berisiko tinggi mengalami penggumpalan darah karana
terjadi kerusakan pada pembuluh darah jantung dan kurang gerak.
Diperkirakan 40-60 persen pasien yang telah menjalani bedah ortopedik
mayor akan mengalami pembekuan darah jika tidak mendapat tindakan
pencegahan.
Demikian, spesialis Orthopaedi dan
Traumatologi Subspesialis Knee, Shoulder and Orthopedic Sports Medicine
dari FKUI-RSCM Jakarta, Dr dr Andri Maruli Tua Lubis SpOT, menegaskan
bahwa bedah ortopedi itu aman dan orang tidak perlu takut menjalaninya.
Terlebih bagi pesakit yang kerosakan pada tulang lutut atau pinggulnya
sudah parah, prosedur penggantian lutut atau pinggul memang harus
dilakukan agar kualiti hidup pesakit menjadi lebih baik.
No comments:
Post a Comment